Teuku Faisal Fathani, dosen Universitas Gajah Mada (UGM) terpilih
sebagai juara pertama dalam pemilihan pendidik dan tenaga kependidikan
(PTK) pendidikan tinggi berprestasi tingkat nasional 2013. Dengan karya
yang bertajuk pengembangan sistem pemantauan dan peringatan dini tanah
longsor, pria yang telah mengabdi di UGM selama 14 tahun ini berhasil
mengalahkan 14 finalis lainnya.
“Saya telah mengembangkan alat-alat pemantauan dan
peringatan dini tanah longsor ini sejak 2007. Ada 30 varian, mulai dari
yang paling sederhana sampai yang paling canggih dan terbaru,” tutur
Fathani usai menerima plakat dan sertifikat sebagai dosen berprestasi,
di hotel Menara Peninsula, Jakarta, Minggu (7/7).
Prestasi Fathani bukan baru kali ini saja. Dosen
jurusan teknik sipil dan teknik geologi ini merupakan mahasiswa teladan
di UGM 17 tahun silam. Dengan prestasi itulah Ia memulai karirnya di UGM
sebagai seorang dosen. “17 tahun yang lalu Saya meraih mahasiswa
teladan peringkat satu di UGM. Kemudian diminta jadi dosen, karena
konsekuensinya begitu (menjadi dosen),” jelasnya.
Sistem pemantauan dan peringatan dini bencana
tanah longsor karya Fathani sudah dipasang di 12 provinsi di Indonesia.
Dari 12 provinsi tersebut, terdapat 112 alat yang digunakan.
Awalnya, kata Fathani, Ia mengembangkan sistem ini
terinspirasi dari sistem peringatan dini yang digunakan di Indonesia
kala itu, yaitu tahun 2005. Sistem tersebut merupakan buatan luar negeri
dengan harga USD3000-5000. Ketergantungan terhadap luar negeri sangat
besar jika terjadi kerusakan pada alat tersebut. “Kita terpaku dengan
itu, kalau alatnya rusak harus dikirim ke luar negeri lagi, kita
ketergantungan,” katanya.
Dengan kesadaran pentingnya memiliki sistem
sendiri, Fathani mulai mengembangkan sebuah sistem peringatan dini
bencana tanah longsor dengan perangkat sederhana yang dirakit bersama
dengan industri kecil dan menengah. Ia menggandeng bengkel-bengkel di
daerah setempat sebagai tempat perakitan. “ Kalau kita ingin memasang di
Karang Anyar, maka bengkel disana yang kita berdayakan,” katanya.
Tak hanya di dalam negeri, Fathani telah membawa
karyanya ke konsorsium internasional. Tahun 2007, di sebuah konsorsium
internasional yang dihadiri oleh lima negara, Jepang, China, Filipina,
Korea dan Thailand, Fathani memperkenalkan karyanya. Dengan
memperkenalkan karyanya tersebut, perwakilan negara-negara tersebut
melihat ada kebaruan, dan tertarik untuk ikut mengembangkannya. “Kita
belum apply paten saat itu. Setelah itu saya ikut konsorsium di Tokyo, perwakilan China bilang, ini loh alat yang dikembangkan oleh Indonesia,” katanya bersemangat.
Dua tahun berturut-turut, Fathani diundang ke
China sebagai ilmuwan pengembang sistem peringatan dan pemantauan
bencana dari Indonesia. Bahkan, China telah mengembangkan 1000 unit
sistem tersebut, dan dua diantaranya diserahkan kepada Fathani. “Dan itu
bagi ilmuwan, apalagi bidang kebencanaan,sangat luar biasa. Dan
siapapun yang akan mengembangkan ini, saya akan support,” katanya.
Melalui pemilihan PTK berprestasi ini Fathani
mengaku mendapat banyak pelajaran. Ia merasa terpacu dengan melihat
finalis lainnya yang membawa pengetahuan baru baginya. “Itu membuka
mata, tidak ada manusia yang sempurna,” pungkasnya.
Sumber:kemdikbud.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar